Berbagai sumber menyatakan kalau bensin Premium (RON 88) di Pertamina sebenarnya adalah Pertamax yang notabene adalah RON 92. Misalnya Direktur BBM Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) yang menyatakan seperti itu.
"Sudah lama itu Premium di SPBU tapi isinya Pertamax 92," kata Djoko Siswanto, BPH Migas, dikutip dari detikFinance. Ia juga mengungkapkan jika para konsumen tidak percaya, bisa mengecek langsung ke SPBU-SPBU khususnya di Jakarta. "Cek saja ke SPBU seperti di Jakarta, nggak ada bedanya antara Premium sama dengan Pertamax," ungkapnya.
Begitu pula Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Sugiharto yang mengatakan saat ini tidak ada lagi negara yang menjual bensin premium RON 88. Jadi yang diimpor adalah Ron 90 atau Premix. "Ya memang menggunakan aturan berpuluh tahun selalu menggunakan Ron 88, namun saat ini yang menjual RON 88 sudah makin langka di dunia," kata Sugiharto dikutip dari detikFinance.
Menurut pendapat beberapa orang memang di dunia ini tak ada lagi bensin RON 88, sehingga yang diimpor ke Indonesia adalah RON 90 (Premix) atau 92. Berlawanan dengan yang disampaikan seorang petinggi APM yang mengatakan produk mereka di Amerika diisi bensin RON 87.
Apakah pernyataan tadi benar? Majalah Auto Bild pada 27 Mei 2013 meneliti kandungan RON yang ada di Premium di laborotarium. Hasilnya, kandungan RON yang ada pada bensin Premium ternyata sekitar 88,2-88,7. Namun siapa yang tahu kalau sekarang berubah.
Bila ditelaah, perbedaan Premium dan Pertamax adalah warnanya. Bila Premium agak kekuningan, Pertamax berwarna biru. Namun hal itu sepertinya tidak mutlak.
Pertamax. |
Akhir kata walaupun ada gosip kalau Premium sebenarnya beroktan RON 90 atau 92, saran kami tetaplah memakai Pertamax atau Shell Super atau yang setara atau diatasnya agar tak menimbulkan kerusakan mesin dalam jangka panjang yang sudah sering dibahas. Selain itu penggunaan bensin dengan nilai oktan yang lebih tinggi dapat menghemat bensin lebih baik.
Apalagi mesin modern kini menuntut kualitas bahan bakar yang memadai untuk mengimbangi kinerja mesin yang dirancang untuk memberikan efisiensi terbaiknya. Tak heran bila perbandingan kompresi kini dibuat tinggi hingga 10-13:1 untuk mesin Naturally Aspirated atau disematkannya turbo dan supercharger. Efeknya, tekanan di ruang bakar kian tinggi sehingga menuntut bahan bakar dengan kadar oktan yang tinggi pula agar dapat bertahan hingga busi memercikan apinya.