Sponsors

Senin, 29 April 2013

Livina Anyar Semakin Segar


Akhirnya versi facelift dari Nissan Livina meluncur juga di Shanghai Motor Show. Memang, banyak perubahan yang dibawa Livina anyar ini. Misalnya moncong depan dan burtan yang berubah 80%, lampu depan-belakang yang sporti, gril yang semakin mewah yang berbentuk V.


Di samping, spion dan side moulding ikut didesain ulang. Pelek baru berpalang delapan juga menyegarkan tampilan. Namun tetap saja ciri Livina tetap hadir. Bagian belakang lebih mirip mobil-mobil Eropa karena lampu yang memanjang. Di bumper ditambah juga reflektor. Bentuk kaca belakang pun berubah. Transmisi telah mengusung sistem CVT.


Di dalam bentuk setir berubah, mirip setir kepunyaan All New Serena. Tak lupa pula warna interior disegarkan dengan dua warna, beige dan hitam. Sebelumnya hanya mengadopsi warna hitam saja.

Livina baru menyajikan perubahan yang cukup signifikan. Bagaimana di Indonesia? Ia akan hadir di Tanah Air segera pada tahun ini, tapi belum diketahui apakah PT. Nissan Motor Indonesia (NMI) akan memboyong Livina hatchback juga atau hanya Livina MPV alias Grand Livina. Bila Livina hatchback hadir juga, maka ia akan melakukan comeback mengingat ia sudah dihentikan produksinya di Indonesia dan kembali meramaikan kelas Small Hatchback. Menarik juga untuk diikuti kelanjutannya.

Sabtu, 13 April 2013

Mazda VX-1 Dihargai Rp 200 Jutaan?

Perhatikan, ini foto VX-1 bukan Ertiga

Pasar Small MPV semakin panas saja! Setelah Chevrolet Spin masuk, Mazda mempersiapkan VX-1, kembaran Ertiga. Kabarnya peluncurannya ditunda karena laris manisnya Ertiga. Boleh jadi calon tulang punggung Mazda itu akan meluncur pertengahan April ini. Mesinnya tetap memakai milik Ertiga 1.373 cc 95 dk.

Ada yang bilang kalau belum diluncurkannyanya mobil ini karena masih terkendala izin. Tapi, kalau benar Mazda VX-1 dirakit di pabrik Suzuki di Tambun, Jawa Barat, maka untuk jangka waktu dekat, hal itu sangat sulit dilakukan. Bukan apa-apa, Suzuki kini tengah berbulan madu dengan Ertiga yang telah membawanya menjadi produsen mobil terlaris kedua di Indonesia mengalahkan Daihatsu. Apalagi, Ertiga memang kekurangan kapasitas produksi. Itu juga yang menyebabkan All New Swift diimpor dari Thailand, bukan diproduksi di Indonesia. 

Pertanyaan lainnya apakah MPV Mazda ini akan sukses? Bukan apa-apa, Suzuki punya aftersales (seperti bengkel resmi, spare part) yang lebih banyak dari Mazda. VX-1 juga konon akan dihargai lebih mahal, Rp 200 jutaan. Nah, apa alasan dihargai lebih mahal? Fitur, tidak terlalu karena dari foto yang beredar di internet VX-1 itu memiliki fitur yang sama dengan Ertiga GL.

Terlihat di tpt-online.kemenperin.go.id, VX-1 memiliki tiga varian, yakni standar, V dan tipe tertinggi, R, masing-masing varian akan diproduksi sebanyak 3.596, 1.920 dan 1.276 unit. Artinya 6.792 unit VX-1 akan diproduksi tak lama lagi.




Rabu, 10 April 2013

All New Mazda 6 : Unrivaled Revolution of Sedan Diluncurkan



Akhirnya mobil Skyactiv kedua dari Mazda ini dijual di Indonesia. Sedan besar bermesin 2.500 cc 4 silinder 187 ps ini dihargai 535 juta rupiah atau lebih mahal Rp 49 juta dari pendahulunya. Nah, mobil ini sudah dilengkapi i-STOP yang dapat mematikan mesin secara otomatis ketika mobil berhenti, dan menyalakannya kembali saat pedal gas diinjak. i-ELOOP juga dapat menghemat BBM mobil yang sarat teknologi tersebut hingga 10 persen. Ada juga Lane Departure Warning System yang memperingatkan pengemudi ketika mobil berpindah lajur tanpa sein, Rear Vehicle Monitoring System, Adaptive Lightning System maupun High Beam Control.

Nah, rival Toyota Camry dkk ini sebelum diluncurkan telah diuji coba sejauh 1 juta kilometer untuk membuktikan ketangguhannya. Oh ya, warna merah mobil yang berdesain KODO itu lebih mahal, tepatnya tiga juta rupiah atau Rp 538 juta. Apakah sedan mewah ini akan mengulang sukses CX-5 yang berteknologi mirip dengan mobil sedan canggih ini?

Selasa, 09 April 2013

Manfaat Daytime Running Lights (DRL)

Produsen mobil selalu bekerja keras untuk mendatangkan cara-cara baru untuk menjual produk mereka. Ini berarti mencari cara untuk membuat kendaraan yang lebih hemat bahan bakar, ramah lingkungan, estetis, efektif biaya, dan aman bagi konsumen. Konsep daytime running lights, juga dikenal sebagai DRL, adalah salah satu kemajuan yang dirancang untuk meningkatkan keselamatan.

Teknologi tersebut pada awalnya dikembangkan pada pertengahan abad ke-20, tapi itu tidak dipakai sampai sekitar 10 tahun kemudian dengan Finlandia menjadi negara pertama yang melakukan instalasi DRL pada kendaraan secara hukum pada tahun 1972. Di sebagian besar wilayah utara dunia, mereka memiliki sinar matahari yang kurang dibandingkan dengan daerah dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga saat siang mereka gelap. Di daerah-daerah seperti Alaska, Rusia, Kanada dan Eropa Utara, pelaksanaan DRL adalah perbaikan keamanan utama, terutama selama bulan-bulan musim dingin, karena kendaraan jauh menjadi lebih terlihat. Lima tahun setelah Finlandia mendirikan hukum mereka, Swedia juga mengikuti.

Tak lama setelah itu, Kanada dan banyak negara Eropa menerapkan undang-undang yang membutuhkan penggunaan lampu daytime running. Pada 1990-an, negara-negara seperti Denmark dan Hungaria juga ikutan. Amerika Serikat tidak ikut-ikutan mengadopsi hukum DRL, tetapi mereka mengimpor mobil dari produsen yang telah menerapkan daytime running lights pada 1990-an. Mobil produsen utama, General Motors, memutuskan pada pertengahan tahun 1990 bahwa beberapa model mobil pertama di Amerika Serikat yang akan menerapkan lampu safety tersebut adalah Subaru, Chevrolet, Volvo dan Volkswagen.

Para peneliti telah menemukan bahwa penggunaan DRL dapat mengurangi frekuensi kecelakaan mobil antara 5 dan 35 persen. Persentase ini tergantung pada lokasi penggunaan running light. Seperti disebutkan sebelumnya, negara-negara dengan sinar matahari kurang memperoleh keuntungan dari penggunaan DRL. Studi menunjukkan saat lampu siang tersebut bekerja, ia mengurangi jumlah tabrakan dan kecelakaan lainnya.

Ada empat gaya yang berbeda dari si DRL itu. Ada low-beam light, dimmed high beam, lampu menyala stabil dan dedicated DRL. Negara-negara Eropa cenderung bersandar terhadap penggunaan lampu low-beam yang tetap secara konsisten setelah mesin mobil sedang berjalan. Negara-negara Skandinavia adalah yang pertama untuk menerapkan lampu daytime running khusus yang kerja yang berbeda dari lampu menyala stabil yang berjalan terus-menerus tanpa saklar manual. DRL bekerja sendiri dari sistem lampu mobil.

Salah satu kesalahpahaman umum tentang lampu siang itu kalau menyalakan DRL cuma membuang-buang aki atau menambah pengeluaran BBM. Kini, DRL berbasis LED digunakan secara ekstensif karena mereka hanya membutuhkan 5 sampai 10 watt. Hal ini mengurangi tingkat ketegangan pada accu mobil dan juga mengurangi konsumsi bahan bakar mobil. Selain itu, DRL LED berbasis lebih tahan lama dan lebih lama daripada lampu biasa. Salah satu kelemahan DRL, mereka bekerja setiap saat dan model yang membuat Anda tidak dapat mematikannya secara manual. Juga, mode high-beam dari DRL dapat terlalu terang. Ada kasus pada siang hari di mana Anda secara fisik perlu menyalakan lampu biasa juga, misalnya dalam kondisi berkabut atau badai, karena lampu DRL tidak cukup untuk membuat Anda melihat mobil lain dan pejalan kaki.

Banyak negara di seluruh dunia telah menerapkan lampu siang hari itu ke dalam pembuatan kendaraan mereka dan juga membutuhkan penggunaan mereka oleh hukum. Sementara Amerika Serikat merekomendasikan menggunakan DRL dan mengakui nilai keselamatan mereka, namun mereka belum mengadopsi hukum untuk sementara waktu. Terlepas dari hukum berada di tempat manapun, keuntungan keselamatan tetap tak terbantahkan.
Sumber: http://EzineArticles.com